Khutbah Jum'at Kedua Bulan Rabi'ul Awwal
“Menyambut Maulid Nabi serta Dalil dan Hikmah Keutamaan Merayakannya”
الْحَمْدَ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم.
Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah. Alhamdulillah saat ini kita berada dihari ke-11 Bulan Rabiul Awal. Bulan Rabiul Awwal adalah bulan saat diperingatinya Maulid Nabi Muhammad SAW atau kelahiran Nabi Muhammad, dan hari Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Jumat,5 September 2025, tepat di 12 Rabiul Awal 1447 H. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada rahmat bagi semesta alam Baginda Nabi Muhammad ﷺ, yang sunnahnya selalu kita teladani.
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka. Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.
Di bulan Rabi’ul Awal yang penuh dengan rahmat dan berkah ini seluruh masyarakat muslim di dunia dengan penuh cinta menyambut maulid Nabi Muhammad SAW, yakni tanggal 12 Rabi’ul Awal. Seluruh umat Islam dunia berlomba-lomba untuk mengapresiasikan kecintaan Nabi Muhammad dengan melakukan amalan-amalan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam seperti halnya di dusun-dusun membaca shalawat nabi yang dimulai pada malam pertama bulan Rabiu’l Awal sampai malam tanggal 12 Rabiu’ul Awal, dengan bertujuan untuk mendapatkan syafa’at di akhirat kelak nanti. Ketika cahaya tauhid padam di muka bumi, maka kegelapan yang tebal hampir saja menyelimuti akal.
Di sana tidak tersisa orang-orang yang bertauhid kecuali sedikit dari orang-orang yang masih mempertahankan nilai-nilai ajaran tauhid. Maka Allah SWT berkehendak dengan rahmat-Nya yang mulia untuk mengutus seorang rasul yang membawa ajaran langit untuk mengakhiri penderitaan di tengah-tengah kehidupan. Dan ketika malam mencekam, datanglah matahari para nabi. Kedatangan Nabi tersebut sebagai bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim as kekasih Allah SWT, dan sebagai bukti kebenaran berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa as. Allah SWT menyampaikan shalawatnya kepada Nabi itu, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun menyampaikan shalawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan, sedangkan orang-orang mukmin bershalawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan.
Allah SWT berfirman:
إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Azhab: 56). Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah. Apa sih Hikmah danKeutamaan Maulid?
Banyak keutamaan-keutamaan yang dapat diperoleh bagi seorang muslim yang mau mengangungkan dan memuliyakan baginda Nabi Muhammad. Diantaranya adalah :
Pertama Ungkapan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW.
Mencintai Sayyidina Muhammad hukumnya wajib atas setiap mukallaf (baligh dan berakal). Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [At-Taubah: 24]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, ”Ayat yang agung ini merupakan dalil paling besar atas wajibnya mencintai Allah dan Rasul-Nya ﷺ dan wajibnya mendahulukan kecintaan kepadanya daripada kecintaan kepada segala sesuatu.
Selain itu, ayat tersebut juga menunjukkan ancaman yang keras dan kemurkaan yang besar kepada orang yang lebih mencintai perkara-perkara yang disebutkan dalam ayat tersebut daripada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين
Maknanya: “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai dari ayahnya, anaknya dan manusia seluruhnya” (HR al-Bukhari).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengapa kita wajib mencintai Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Karena beliau diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Beliau diutus untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam. Beliau adalah teladan kita dan penunjuk jalan kita ke jalan yang benar. Beliau adalah insan paripurna yang berakhlak agung nan mulia.
Maka momentum Peringatan maulid Nabi Muhammad adalah momentum untuk mengungkapan kecintaan dan kegembiraan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiran itu.
Dalam hadits di atas yang diriwayatkan Imam al-Bukhori dikisahkan ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu lahab, paman nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang jabang bayi yang sangat mulia, Abu Lahab pun memerdekan Tsuwaibah sebagai tanda cinta dan kasih. Dan karena kegembiraannya, kelak di hari kiamat siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba.
Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.
Kedua Untuk Mendapatkan Rahmat Allah SWT
Mendapatkan rahmat Allah berupa taman surga dan dibangkitkan bersama-sama golongan orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang yang sholeh. Imam Sirri Saqathi Rahimahullah berkata:
من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة منرياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع إلا لمحبة النبي صلى الله عليه وسلم : وقد قالصلى الله عليه وسلم: من أحبني كان معي في الجنة
Artinya: “Barang siapa menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman Surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda rasul. Rasulullah bersabda: barang siapa mencintaku, maka ia akan bersamaku di Surga.
Sedangkan Imam Syafi’i Rahimahullah berkata:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ، ويكون في جنات النعيم.
Artinya: “Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan dia akan dimasukkan dalam Surga na’im.”
Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.
Ketiga adalah sebagai ukapan rasa syukur atas kelahiran Nabi
Rasulullah ﷺ adalah rahmat dan berkah bagi sekalian alam yang telah Allah berikan. Sudah sepatutnya kita mensyukuri rahmat dan berkah yang telah Allah berikan kepada kita dengan memperbanyak membaca shalawat, bersedekah, menyambung silaturahmi, dan amal baik lainnya. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk bergembira dalam menyambut rahmat tersebut sebagaimana firman-Nya dalam Surat Yunus ayat 58 berikut:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
"Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad ﷺ) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira."
Imam As-Suyuthi dalam Kitab Ad-Durrul Mantsur menjelaskan bahwa yang dimaksud rahmat dalam ayat tersebut tiada lain dan tiada bukan adalah Rasulullah Muhammad ﷺ. Mengenai hukum perayaan Maulid Nabi sudah banyak dibahas dalam berbagai kitab dan dalam berbagai kesempatan yang berujung pada kesimpulan bahwa hukum merayakan maulid Nabi Muhammad adalah tradisi yang sangat baik dan disunahkan bahkan diwajibkan jika hal itu merupakan metode dakwah yang efektif dalam mengimbangi kegiatan yang akan merusak moral bangsa.
Bahkan jika kita ingin menelusuri lebih jauh maka orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah Nabi sendiri. Hal ini disebutkan dalam Hadis riwayat Imam Muslim berikut:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
"Rasulullah ﷺ ditanya tentang puasa di hari Senin. Lalu beliau menjawab, "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku."
Maka Hikmah dari Hadis di atas adalah betapa agungnya bulan dan hari kelahiran Nabi yang mana Nabi juga memperingatinya dengan berpuasa. Sehingga kalau kita simpulkan bahwa sebenarnya Nabi ﷺ orang yang pertama merayakan hari kelahirannya. Hal senada juga dikatakan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki:
"Sesungguhnya pertama kali yang merayakan maulid adalah sang empunya maulid itu sendiri, yaitu Rasulullah ﷺ. Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim ketika Rasul ditanya tentang anjuran puasa di hari Senin, beliau menjawab: "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan." Ini adalah sekuat dan sejelas-jelasnya nash dalil yang menjelaskan anjuran maulid Nabi yang mulia. Tidak dapat dijadikan pijakan pendapat yang mengatakan bahwa pertama kali yang merayakan maulid adalah dari Dinasti Fathimiyyah. Sebab pendapat tersebut tidak lepas dari ketidak tahuan atau berpura-pura tidak tahu akan fakta yang sebenarnya."
Para hadirin Jam’ah Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.
Maka menyambut Maulid Nabi Muhammad ﷺ dengan merayakan atau tanpa dirayakan adalah bentuk pengharapan kita dalam meraih rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Dengan menyambut Maulid Nabi, Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat. mudah-mudahan kelak kita akan berkumpul dan mendapatkan Syafa'atnya di hari akhir. Aamiin.
Allahumma sholli wa sallim ala Sayyidina Muhammad wa ala ali wa shohbihi ajma’in.
Demikian Khotbah yang dapat kami smapaikan Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini bisa memberikan hikmah dan manfaat kepada kita semua.Aamiin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ قُلْ الرَّبِّ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهَُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
Posting Komentar untuk "Khutbah Jum'at Kedua Bulan Rabi'ul Awwal"